Alenia.id – Bandung menjadi saksi penting bagi perkembangan transportasi perkeretaapian di Asia Tenggara melalui perhelatan ASEAN Railway CEOs’ Conference (ARCEOs’ Conference) ke-44 yang digelar oleh PT Kereta Api Indonesia (Persero) pada 2-5 September 2024.
Acara ini mempertemukan delapan operator kereta api dari berbagai negara di Asia Tenggara, seperti Keretapi Tanah Melayu (Malaysia), Vietnam Railways (Vietnam), Ministry of Public Works and Transport (Kamboja), Lao National Railways (Laos), Philippine National Railways (Filipina), Myanmar Railways (Myanmar), State Railway of Thailand (Thailand), dan PT Kereta Api Indonesia (Indonesia).
Melalui acara ini, KAI menampilkan wajah baru perkeretaapian Indonesia yang semakin modern dan berinovasi.Manajer Humas KAI Divre IV Tanjungkarang, Azhar Zaki Assjari menjelaskan, bahwa konferensi ini dibuka oleh Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, didampingi oleh Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo dan ditutup oleh PJ Gubernur Jawa Barat Bey Triadi Machmudin.
Hadis Surya Palapa, Direktur Niaga KAI sekaligus Ketua Organizing Committee ARCEOs’ Conference, menambahkan bahwa acara ini menjadi wadah penting untuk berbagi praktik terbaik dalam operasi, pemeliharaan, transformasi digital, hingga inovasi komersial di sektor perkeretaapian.
Salah satu daya tarik utama yang ditawarkan kepada para delegasi adalah kesempatan untuk merasakan pengalaman menaiki Whoosh, kereta cepat pertama di ASEAN, serta melihat inovasi kereta lain seperti Light Rail Transit (LRT) dan KA Panoramic.
“Melalui pengoperasian Whoosh dan inovasi kereta lainnya, KAI berharap menjadi tolak ukur bagi operator kereta api di ASEAN,” ujar Hadis.
Di bawah tema “Driving Sustainability with Digital Innovation”, Direktur Utama KAI, Didiek Hartantyo, menjelaskan bahwa konferensi ini menekankan pada pembangunan perkeretaapian yang berkelanjutan dan ramah lingkungan, dengan dukungan teknologi digital untuk meningkatkan keselamatan dan pelayanan.
“Sebanyak 103 peserta dari delapan negara hadir dan tidak hanya menikmati kemajuan transportasi di Indonesia, tetapi juga akan diajak mengunjungi destinasi wisata alam, budaya, dan bangunan bersejarah seperti Gedung Sate,” tambah Didiek.
Selain berdiskusi seputar perkeretaapian, para peserta diajak untuk mempererat hubungan dengan cara-cara yang lebih santai dan menyenangkan.
KAI Divre IV Tanjungkarang juga turut berkontribusi dalam acara ini.
Azhar Zaki Assjari menyoroti pentingnya efisiensi transportasi yang dihadirkan oleh KA Babaranjang.
“Dengan kapasitas angkut 3.000 ton batu bara per perjalanan, KA Babaranjang menggantikan kebutuhan 150 truk, dan jejak karbon yang dihasilkan jauh lebih rendah,” ungkap Zaki.
Dalam satu perjalanan, KA Babaranjang hanya menghasilkan 10.766 kg CO2/trip dengan konsumsi bahan bakar sebesar 2.515 liter, jauh lebih efisien dibandingkan truk yang menghasilkan 65.645 kg CO2/trip dan mengkonsumsi 30.675 liter bahan bakar. (*)