Alenia.id – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung merilis data terbaru tentang inflasi di penghujung tahun 2024, mengungkapkan dinamika menarik dari berbagai daerah.
Kabupaten Lampung Timur dan Mesuji menjadi daerah dengan inflasi tertinggi di Provinsi Lampung, masing-masing mendominasi inflasi bulanan (month-to-month) dan tahunan (year-on-year).
Menurut Statistisi Ahli Madya BPS Lampung, Muhammad Ilham Salam, Kabupaten Lampung Timur mencatat inflasi bulanan tertinggi sebesar 0,68 persen.
Faktor utama yang mendorong lonjakan inflasi adalah kenaikan harga komoditas pangan, terutama cabai merah dan bawang merah.
“Komoditas ini menunjukkan sensitivitas terhadap perubahan cuaca dan distribusi yang kurang optimal,” jelas Ilham dalam rilis resminya, Kamis (2/1/2024).
Sementara itu, Kabupaten Mesuji menduduki posisi tertinggi dalam inflasi tahunan, mencapai angka 1,78 persen.
Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau menjadi penyumbang utama inflasi tahunan dengan komoditas seperti kopi bubuk, bawang merah, dan sigaret kretek mesin.
“Tren kenaikan harga di Mesuji lebih stabil dibanding Lampung Timur, namun dampaknya terhadap daya beli masyarakat tetap signifikan,” tambahnya.
Kelompok Makanan: Pemain Utama dalam Inflasi Lampung
Laporan BPS juga menyoroti dominasi Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau sebagai kontributor terbesar inflasi di Lampung.Pada Desember 2024, kelompok ini menyumbang 0,43 persen terhadap total inflasi bulanan sebesar 0,47 persen.
Tiga komoditas utama yang memimpin kenaikan harga adalah:
- Cabai merah (andil 0,12 persen)
- Bawang merah (andil 0,08 persen)
- Telur ayam ras (andil 0,05 persen)
Untuk inflasi tahunan, kelompok yang sama menyumbang 0,62 persen terhadap total inflasi sebesar 1,83 persen.
Selain komoditas pangan utama, bahan seperti bawang putih dan cumi-cumi turut menjadi pendorong signifikan.
Potret Dinamika Inflasi di Wilayah Lain
Kota Metro dan Kota Bandar Lampung juga mencatat pergerakan inflasi yang menarik pada Desember 2024.
Kota Metro: Inflasi bulanan sebesar 0,58 persen dipengaruhi kenaikan harga komoditas seperti beras dan daging ayam.
Kota Bandar Lampung: Meski mencatat inflasi bulanan terendah sebesar 0,36 persen, kontribusi komoditas seperti cabai rawit dan terong tetap relevan.
“Perbedaan inflasi di tiap wilayah mencerminkan variasi pola konsumsi masyarakat serta tingkat kestabilan distribusi komoditas,” ujar Ilham.
Langkah Strategis Menuju Stabilitas Harga di 2025
Melihat tren ini, pemerintah daerah diharapkan meningkatkan koordinasi antarwilayah dan mengoptimalkan distribusi bahan pangan.
Kabupaten Lampung Timur dan Mesuji, sebagai daerah penyumbang inflasi tertinggi, dapat menjadi fokus utama dalam program stabilisasi harga.
Kolaborasi antara petani, distributor, dan pemerintah perlu diperkuat untuk mengatasi fluktuasi harga, khususnya pada komoditas pangan yang volatil.
“Stabilitas harga pangan tidak hanya menjaga daya beli masyarakat, tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih merata di seluruh Lampung,” pungkas Ilham.
Dengan langkah-langkah yang tepat, dinamika inflasi di Lampung dapat lebih terkendali pada tahun 2025, membuka peluang bagi perekonomian daerah untuk tumbuh lebih kuat dan stabil. (*)