Alenia.id – Proyek pembangunan Masjid Raya Al-Bakrie di lokasi bekas Taman Gajah kini telah mencapai tahap penting, yakni penutupan kubah.
Setelah dimulai dengan peletakan batu pertama pada 20 Februari 2023, masjid yang mampu menampung hingga 12.000 jamaah ini semakin mendekati penyelesaian.
Target Rampung Sebelum Ramadan 2025
Masjid yang digagas oleh Aburizal Bakrie beserta keluarga besar Bakrie sebagai penghormatan untuk mendiang H. Achmad Bakrie, putra asli Lampung sekaligus pendiri Bakrie Group, ditargetkan selesai sebelum Ramadan 2025.
Dibangun di atas lahan seluas 2,2 hektar dengan luas bangunan mencapai 12.000 meter persegi, masjid ini dirancang tak hanya sebagai tempat ibadah, tetapi juga pusat sosial, pendidikan, dan ekonomi.
Filosofi desainnya menggabungkan nilai-nilai keagamaan dengan budaya lokal Lampung.
Progres Pembangunan: Menuju Tahap Akhir
Hingga saat ini, progres pembangunan masjid telah mencapai 70 persen, dengan beberapa area sudah dapat digunakan.
Dalam upaya mensyukuri capaian ini, sebuah acara syukuran digelar oleh Ketua Pelaksana Pembangunan Aninditha Anestya Bakrie (Ditha Bakrie) bersama Ketua Umum LAZNAS Bakrie Amanah, Roy Hendrajanto.
Acara tersebut melibatkan 100 anak yatim piatu dan dhuafa, serta diisi dengan khataman Al-Qur’an, santunan, dan pembagian buku Islami.
“Kubah masjid telah terpasang dengan baik, dan Insya Allah, masyarakat dapat mulai menggunakan beberapa area masjid pada Ramadan 2025,” ungkap Ditha Bakrie dalam acara media gathering yang diadakan pada Senin (9/12/2024).
Para jurnalis yang hadir juga diajak meninjau progres pembangunan secara langsung oleh Djafarullah, Koordinator Proyek.
Desain yang Mengangkat Nilai Lokal dan Global
Masjid ini dirancang oleh firma arsitektur ternama Urbane—yang sebelumnya merancang Masjid Raya Al Jabbar di Bandung—dengan supervisi oleh PT. Mitra Perdana Multidimensi dan pelaksanaan konstruksi oleh PT. Parama Dharma.
Arsitektur masjid mengusung konsep Ummah, Ukhuwah, dan Tauhid, yang melambangkan kebersamaan, persaudaraan, dan keesaan.
Nilai-nilai budaya Lampung seperti Piil Pesenggiri dan motif tapis tradisional diwujudkan dalam ornamen bangunan, memberikan identitas lokal yang kuat.
Masjid ini terdiri dari tiga lantai:
- 1. Lantai Dasar sebagai ruang utama salat.
- 2. Lantai Mezzanine untuk area sholat wanita.
- 3. Lantai Semi-Basement yang mencakup ruang wudhu, toilet, ruang serbaguna, perpustakaan, dan TPQ.
Fasilitas di sekitarnya mencakup ruang terbuka hijau, taman bermain anak, dan area UMKM, menjadikan masjid ini sebagai pusat kegiatan masyarakat.
Ikon Baru Lampung
Masjid Raya Al-Bakrie diharapkan menjadi ikon baru Bandar Lampung.
Selain menjadi tempat ibadah, masjid ini berpotensi sebagai destinasi wisata religi, pusat pendidikan, dan pemberdayaan ekonomi melalui pengembangan UMKM.
Masjid ini juga mencerminkan Trimatra Bakrie: Ke-Indonesiaan, Kemanfaatan, dan Kebersamaan. Dengan perpaduan nilai agama, budaya, dan sosial, Masjid Raya Al-Bakrie diharapkan memberikan dampak positif bagi masyarakat Lampung.
“Semoga Masjid Raya Al-Bakrie menjadi pusat kebaikan yang memberikan manfaat luas, tidak hanya untuk beribadah tetapi juga untuk memperkuat persaudaraan dan pemberdayaan umat,” tutup Ditha Bakrie. (*)